Manado, GlobalNews Sulut- Di tengah kehidupan masyarakat yang pluralisme pada tataran ekonomi Menengah ke bawah, seolah-olah saat ini berangsur-angsur, mulai “Meredup”. Suara para Aktivis atau LSM, yang Peduli dengan berbagai persoalan pelanggaran kebijakan publik.
Para Intelektual, tokoh-tokoh masyarakat, para LSM, yang alergi dengan berbagai persoalan-persoalan pelanggaran kebijakan publik, seakan redup suaranya ? Lebih Lucu lagi, suara-suara yang bergetar dan Nyaring, tiba-tiba jadi lebay, yang sudah berubah wujud, atau sengaja diam, sambil menunggu di tikungan yang aman untuk menjadi penumpang penguasa di daerah. Padahal, mereka justru lahir dari Masyarakyat yang sakit berat. Atau sudah menjadi seperti para aktivis pengidap stockholm syndrome.Mengapa tak berani lagi buat status di medsos yang seperti pernah dilakukan sebelumnya. Seperti Kata,seorang ahli filsafat @Rocky Gerung menyebutnya orang-orang dungu, yang memiliki hobi menjilat miliknya sendiri. Bukankah itu efek dari cukong oligarki. Atau sudah kekenyangan turut menikmati rampokan uang rakyat ?
Penguatan advokasi pelanggaran kebijakan publik, mestinya terus dilakukan. Agar masrakat yang menjadi korban atau termarjinal kan mendapatkan keadilan yang hakiki.
Jangan biarkan para koruptor semakin liar menghabiskan hasil jerih payah masyarakat miskin kota yang terlunta-lunta dan dililit berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi sosial masyarakat patut untuk dibenahi.
Lahan-lahan penghidupan rakyat yang terpasung oleh kebijakan-kebijakan yang sengaja di buat-buat dalam mengkebiri praktek korupsi dimana langit dijunjung tinggi atas pluralisme dan beraneka budaya masyarakat.
Negara ini, butuh pahlawan sehari-hari bukan politikus pencitraan. Dan bukan mereka yang makan kacang, lupa kulitnya”.
Penulis
Sekretaris Umum Forum Persatuan Perkumpulan Pedagang Pasar Tradisional.
Narasumber : Abdul Kahar Tane.
Pelapor. Tommy
![]()












